Terompet Tahun Baru

Aku tertegun melihat hilir mudik orang dan lalu lalang kendaraan di jalan. Semrawut dan tidak beraturan sama sekali. Sementara langit Jogja sedari siang tadi muram dengan mendung putihnya yang tiada berganti.

Prokrastinasi; Perilaku Prokrastinator Diambang Deadline

Seringkali dalam dunia mahasiswa, kita menunda-nunda pekerjaan, berleha-leha , bersantai-santai sampai akhirnya terasa waktu mulai menyayat perlahan hingga menjerat kita dalam kondisi yang benar-benar “di garis batas kematian” (deadline).

Sepakbola : Antara Olah Raga, Agama, Industri, dan Pertarungan Ideologi Politik

Sepakbola adalah olahraga paling masyhur dan populer sejagad. Olah raga ini mempunyai penggemar paling banyak dibandingkan dengan olah raga lain. Para penggemarnya terdiri dari berbagai kalangan dan kelas sosial, dari anak-anak hingga orang dewasa, dari kelas buruh hingga bangsawan, dari rakyat jelata hingga presiden.

Gerakan Fundamentalisme Agama: Akar Konflik Dunia yang Berkepanjangan

Salah satu fenomena paling mengejutkan di akhir abad ke-20 adalah munculnya apa yang disebutkan dengan “fundamentalisme” dalam tradisi keagamaan dunia. Fundamentalisme menjadi wacana yang belakangan memperoleh perhatian luas. Segala bentuk kekerasan atas nama agama atau kelompok akan selalu dikaitkan dengan gerakan fundamentalisme.

Latihan kader 1

Bergambar bersama setelah acara Latihan Kader 1 Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Ilmu Budaya UGM

Wednesday, May 22, 2013

HMI Ilmu Budaya UGM Menyelenggarakan RAK ke-XVII


Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Ilmu Budaya UGM telah menyelenggarakan Rapat Anggota Komisariat (RAK) ke-XVII pada Minggu (18/5) pukul 14.30 WIB bertempat di Candi Gebang, Wedomartani, Sleman Yogyakarta. RAK merupakan forum pengambilan keputusan tertinggi di tingkat komisariat dan memiliki agenda suksesi kepemimpinan. Acara ini dibuka dan ditutup oleh Pandu Septa Nugraha selaku Ketua Umum Terpilih/Formateur HMI Cabang Bulaksumur Sleman.

RAK ke-XVII yang merupakan forum tahunan  diawali dengan pembahasan tata tertib persidangan dengan presidium sidang sementara yaitu Muhammad Irfan, Ahmad Sidiq Wiratama dan Syahri Ramadhan Siregar. Kemudian terpilih presidium sidang tetap yaitu Resti Dwi Mulyani, Tohir Mustofa dan Amirul Yaqin Falsafiya Hill yang mendapat mandat dari peserta sidang  untuk memimpin sidang dari Pleno I hingga Pleno IV.

Suasana sidang berlangsung lancar dan dinamis, hal itu nampak dari antusiasme yang tinggi dari para peserta sidang. Pada RAK ke-XVII ini akhirnya terpilih Nikmaturrahman Chaniago sebagai Formateur  dan Syahri Ramadhan Siregar juga Dian Rizki Pratama sebagai Mide Formateur. RAK ke XVII ini berakhir pada pukul 21.00 WIB. 

Thursday, May 16, 2013

Surat Cinta Untuk Rasul

Oleh : Zidna Amalina Mufida *)
Teruntuk kau, wahai sang pemilik ruang rinduku...
Aku tak tau harus menuangkan seluruh resahku ini kepada siapa. Jika ku tuliskan di atas hamparan pasir putih yang luas, maka hanya akan menjadi sebuah tulisan tak bertuan. Jika kutuliskan di atas samudra yang membentang, maka hanya akan menjadi bagian dari deburan ombak yang kemudian membaur bersama kristal-kristal bening di dasar lautan. Maka aku tuliskan seluruh resahku di atas kertas putih ini, yang akan menampung segala gundah gulana yang sedang merajai seluruh fikirku.

Secercah rasa yang meresahkanku ini bernama rindu. Segenggam rasa yang menggerogoti seluruhku ini bernama cinta. Aku hanya mampu berucap lirih tanpa mampu mengartikannya. Memaksa anganku untuk terus melaju pada suatu waktu dimana aku dapat mewujudkan
mimpiku, mimpi untuk berada dalam ruang dan waktu yang tak terpisahkan olehmu, wahai sang pembawa risalah Tuhanku.

Rinduku membuncah, tak sudi membiarkan siapapun yang hendak memaksa menjadi spasi di antara imajiku. Takkan lengah  membiarkan siapapun  mencari celah dalam lelahku, karena hanya kau yang berhak menjadi raja dalam ruang  rinduku. Dan rindu ini semakin menggebu untuk segera dijamu dengan sinar syahdumu. Cintaku menggelora, membiarkanku hanyut dalam rasa yang terdalam kepada sang nabi akhir zaman.

Wahai kau, Rasulku...
Aku ingin menemuimu.
Menatap wajah rupawanmu dengan kedua bola mataku.
Merasakan sinarmu menerangi sekelilingku.
Menyaksikanmu tersenyum indah, yang kemudian mampu membuat rona wajahku memerah.
Wahai kau, Rasulku...
Aku hanya ingin kau tau, bahwa kaulah pemenang yang mampu memenangiku.
Penguasa hatiku yang mampu membuatku tak berpaling sedikitpun kepada jiwa-jiwa yang meronta memanggil namaku.
Hanya kaulah satu-satunya yang sedang dan hanya ingin aku temui.
Hanya kaulah pemilik seluruh ruang rinduku.

Ku titipkan rindu pada tiap doa yang mengiringi sujud panjangku. Rindu kepadamu wahai Rasulku, sang pemilik ruang rinduku. Ku lantunkan ayat demi ayat Al-Quran dengan syahdu, yang semakin membuatku merindu terhadapmu, wahai sang penerima wahyu.
Kau tuntun umatmu dalam mangarungi samudra kehidupan, membawa kami menemukan jalan yang lurus dalam ridho-Nya, tanpa membiarkan kami tersesat dalam petangnya zaman yang tak terentahkan. Menunaikan tugasmu sebagai nabi akhir zaman dengan perjuanganmu yang tentu tidaklah mudah.

Kepadamu sang pembawa risalah Tuhan...
Kau iringi langkah kaki kami menuju jalan-Nya yang hakiki. Meringankan beban berat kami yang siap dihadang oleh kerikil-kerikil tajam yang siap mengancam kejam. Kau sampaikan firman Tuhan dengan tutur dan lakumu yang menawan.

Kepadamu wahai Nabi akhir zaman...
Terselip doa untuk aku, dia, mereka, dan kami (umatmu) mampu menjadi sebaik-baik umat untukmu. Umat yang mampu menjadikanmu suri tauladan yang benar. Umat yang mampu mencontoh seluruhmu. Menjadikanmu penerang hingga akhir hayatku.


Kepadamu sang pemberi wahyu...
Izinkan aku memberikan separuh jiwaku untuk mencintaimu dengan caraku. Memberikan cinta tak terperi untuk seorang hamba Alloh yang agung. Menempatkanmu dalam tempat terindah yang berada dalam relung jiwaku.


Wahai Kau, Muhammadku...
             Tiada lagi yang sanggup aku tuliskan
Selain rindu yang semakin menggebu
Cinta yang membara
Dan hati yang tak terperi
Untuk kuberikan kepadamu sang penerang hatiku
Cinta dan rindu ini takkan pernah ada yang mampu mengerti
Selain aku.. sang pemilik hatiku

             Wahai kau, Muhammadku...
 Aku adalah aku
Yang akan selalu mengadu kepada Tuhanku
Tentang cintaku yang menggebu kepadamu
Tanpa pernah berhenti mencintai dan mencintai
Kepada sang nabi yang sangat ku cintai     


Aku yang berlumur dosa ini mengerti dengan pasti bahwa hati ini tak pantas mencintai seorang nabi, namun jiwa ini terus meronta atas nama cinta dan rindu yang menggebu...
teruntuk kau, Muhammadku...
teruntuk kau, Rasulku....
teruntuk kau, Sang Penerang hatiku...
teruntuk kau, Sang pemilik ruang rinduku...
  
Yogyakarta, 10 April 2013

*) Mahasiswi Sastra Asia Barat FIB UGM 2011