Terompet Tahun Baru

Aku tertegun melihat hilir mudik orang dan lalu lalang kendaraan di jalan. Semrawut dan tidak beraturan sama sekali. Sementara langit Jogja sedari siang tadi muram dengan mendung putihnya yang tiada berganti.

Prokrastinasi; Perilaku Prokrastinator Diambang Deadline

Seringkali dalam dunia mahasiswa, kita menunda-nunda pekerjaan, berleha-leha , bersantai-santai sampai akhirnya terasa waktu mulai menyayat perlahan hingga menjerat kita dalam kondisi yang benar-benar “di garis batas kematian” (deadline).

Sepakbola : Antara Olah Raga, Agama, Industri, dan Pertarungan Ideologi Politik

Sepakbola adalah olahraga paling masyhur dan populer sejagad. Olah raga ini mempunyai penggemar paling banyak dibandingkan dengan olah raga lain. Para penggemarnya terdiri dari berbagai kalangan dan kelas sosial, dari anak-anak hingga orang dewasa, dari kelas buruh hingga bangsawan, dari rakyat jelata hingga presiden.

Gerakan Fundamentalisme Agama: Akar Konflik Dunia yang Berkepanjangan

Salah satu fenomena paling mengejutkan di akhir abad ke-20 adalah munculnya apa yang disebutkan dengan “fundamentalisme” dalam tradisi keagamaan dunia. Fundamentalisme menjadi wacana yang belakangan memperoleh perhatian luas. Segala bentuk kekerasan atas nama agama atau kelompok akan selalu dikaitkan dengan gerakan fundamentalisme.

Latihan kader 1

Bergambar bersama setelah acara Latihan Kader 1 Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Ilmu Budaya UGM

Thursday, October 15, 2015

Membuka Kerangka dan Faktor Penyebab Timbulnya Konsumerisme di Masyarakat

Oleh: Salim Rustandi*


Penulis :Haryanto Soedjatmiko
Penerbit: Jalasutra
Tahun : 2008
Tebal : 110 halaman


Buku yang berjudul “Saya Berbelanja Maka Saya Ada” karya Haryanto Soedjatmiko merupakan sebuah karya tulis yang sangat luar biasa. Judul buku ini sangat menarik bagi saya, saya jadi teringat akan ucapan Descartes “Saya Berpikir Maka aya Ada”. Ucapan Descartes ini mengandung makna bahwa keteguhan eksistensi manusia tercipta melalui rasionalitasnya. Namun judul buku ini “Saya Berbelanja Maka Saya Ada” seakan mengkritisi masyarakat di zaman modern ini yang menandai eksistensinya dengan gaya hidupnya yang penuh keglamoran, sekaligus menandai matinya rasio masyarakat.
 Di dalam buku ini, pembaca difasilitasi untuk memahami sebuah paradigma dan fenomena konsumerisme yang sangat merajai kalangan masyarakat, baik masyarakat dengan status sosial menengah kebawah ataupun kelas menengah keatas. Penulis menyajikan dengan sangat apik dan membuat buku tersebut sangat pantas dan layak untuk dibaca oleh semua kalangan, baik pelajar, pengajar, atau siapa saja. Penulis pun menyajikannya dengan beberapa teori para ahli yang sangat fenomenal, dimulai dari tokoh klasik, tokoh sosiologi konsumsi, dan teori posmodern dengan konteks sosial masing-masing zaman mereka, sehingga menguatkan argumen dalam menyikapi sebuah masalah yang berkaitan dengan konsumerisme.
Pembahasan yang paling utama dalam buku tersebut ialah membuka paradigma ketika konsumsi dan desain menjadi gaya hidup konsumeris. Di dalam buku tersebut, hal pertama yang yang menjadi pembahasan ialah mengenai ideologi atau gagasan utama konsep komsumerisme sebagai gaya hidup dan dibahas juga sejarah perkembangan produksi-konsumsi, hingga pembahasan mengenai dasar teoritis mengenai konsumsi untuk memahami konsumersime sebagai gaya hidup.
Produksi dalam hal ini ialah menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Ide dasar manusia untuk melakukan produksi muncul ketika alam tidak bisa lagi memenuhi kebutuhannya yang begitu kompleks. Seiring berjalannya waktu, terciptalah alat-alat yang cukup canggih dalam membantu manusia melakukan produksi demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Perkembangan itu telah mengubah sistem cara kerja manusia yang pada awalnya dengan sistem manusia yang bekerja secara langsung ikut andil dalam kegitan produksi dibantu dengan alat yang cukup sederhana. Kemudian berkembang pada sistem kerja manusia dengan bantuan mesin dalam produksi, namun masih ada kontak antara manusia dengan barang yang diproduksinya. Selanjutnya ialah sistem kerja mesin dalam memproduksi suatu barang, dalam sistem ini mesin dikendalikan oleh pusat pengendalian dan manusia tidak terlibat langsung dengan barang produksi.
Asal usul masyarakat konsumsi dimulai oleh masyarakat Inggris yang menjunjung tinggi materi yang mengikuti perkembangan zaman. Setelah itu terjadi peningkatan permintaan produksi karena penyebaran penduduk yang cepat dan memiliki daya beli yang meningkat pula. Pasca perang dunia II masyarakat mulai memiliki daya beli pada benda-benda penyeimbang kebutuhan pokok keluarga (a consumer society), hingga pada 1980-an proses konsumsi dan daya beli ini menjadi sebuah budaya (a consumer culture). Proses ini menjadi permulaan konsumerisme mejadi sebuah gaya hidup, di mana konsumsi telah menjadi sebuah pemaknaan pengalaman psikologis yang mempengaruhi kontruksi identitas, pembentukan relasi, dan pengkatagorisasian peristiwa.
Dalam buku ini, penulis membahas juga mengenai konsumerisme sebagai cara hidup (a way of life). Konsumerisme sebagai gaya hidup adalah sebuah ekspresi budaya dan manifestasi dari tindakan konsumsi yang lebih terkait pada motivasi yang terkandung di dalamnya, sedangkan konsumsi merupakan cerminan aksi yang tampak atau sebuah tindakan dalam melakukan (an act) pemilihan dan penggunaan barang atau jasa. Konsumerisme juga dipengaruhui oleh desain sebuah produk, seseorang memutuskan pilihan untuk mengeksekusi pada pembelian barang atau jasa banyak dilakukan tanpa memikirkan nilai guna suatu barang yang menjadi tujuan utamanya.
Dari pembahasan buku tersebut, dapat dipahami bahwa kegiatan Konsumerisme ini merupakan suatu cara dan suatu langkah yang diprakarsai oleh seorang pemilik modal guna menjual barang yang mereka produksi. Konsumerisme ini telah membentuk suatu kepribadian masyarakat atau konsumen, dalam hal ini konsumen seakan-akan diperbudak oleh produsen. Faktor intenal yang terjadi dari pembentukan kepribadian dengan ketergantungan pada suatu produk juga dipengaruhi faktor eksternal. Faktor yang mempengaruhi kegiatan konsumeris ini juga dapat dilihat dari segi budaya dan media, dalam pandangan budaya yaitu budaya popular yang didorong oleh media masa baik cetak maupun elektronik yang menyampaikan segala macam informasi produk kepada konsumen. Dengan maraknya sosial media seperti sekarang ini juga sangat membantu dalam promosi suatu produk dengan menggunakan jasa jual beli online. Dengan demikian gaya hidup konsumerisme tersebut semakin berkembang di masyarakat, sebuah fenomena dari prilaku masyarakat kita yang semakin mengesampingkan kebutuhan demi memperoleh kepuasan batin dengan sebuah keinginan pada suatu barang.
Beberapa Kekurangan dari buku ini adalah bahasa yang digunakan dalam penulisannya terkesan sukar untuk dipahami oleh pembaca umum atau awam. Format penulisannya yang terkesan sebagai karya ilmiah (skripsi, thesis, dll) dibandingkan sebagai bacaan populer membuat buku ini agak susah dicerna isinya oleh pembaca. Namun buku ini sangat layak dibaca bagi anda yang tertarik untuk mengkaji budaya konsumerisme dan  perkembangan budaya populer secara teoritis.

*Kader HMI Komisariat Ilmu Budaya UGM & Mahasiswa Prodi Pariwisata FIB UGM