Terompet Tahun Baru

Aku tertegun melihat hilir mudik orang dan lalu lalang kendaraan di jalan. Semrawut dan tidak beraturan sama sekali. Sementara langit Jogja sedari siang tadi muram dengan mendung putihnya yang tiada berganti.

Prokrastinasi; Perilaku Prokrastinator Diambang Deadline

Seringkali dalam dunia mahasiswa, kita menunda-nunda pekerjaan, berleha-leha , bersantai-santai sampai akhirnya terasa waktu mulai menyayat perlahan hingga menjerat kita dalam kondisi yang benar-benar “di garis batas kematian” (deadline).

Sepakbola : Antara Olah Raga, Agama, Industri, dan Pertarungan Ideologi Politik

Sepakbola adalah olahraga paling masyhur dan populer sejagad. Olah raga ini mempunyai penggemar paling banyak dibandingkan dengan olah raga lain. Para penggemarnya terdiri dari berbagai kalangan dan kelas sosial, dari anak-anak hingga orang dewasa, dari kelas buruh hingga bangsawan, dari rakyat jelata hingga presiden.

Gerakan Fundamentalisme Agama: Akar Konflik Dunia yang Berkepanjangan

Salah satu fenomena paling mengejutkan di akhir abad ke-20 adalah munculnya apa yang disebutkan dengan “fundamentalisme” dalam tradisi keagamaan dunia. Fundamentalisme menjadi wacana yang belakangan memperoleh perhatian luas. Segala bentuk kekerasan atas nama agama atau kelompok akan selalu dikaitkan dengan gerakan fundamentalisme.

Latihan kader 1

Bergambar bersama setelah acara Latihan Kader 1 Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Ilmu Budaya UGM

Wednesday, May 22, 2013

HMI Ilmu Budaya UGM Menyelenggarakan RAK ke-XVII


Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Ilmu Budaya UGM telah menyelenggarakan Rapat Anggota Komisariat (RAK) ke-XVII pada Minggu (18/5) pukul 14.30 WIB bertempat di Candi Gebang, Wedomartani, Sleman Yogyakarta. RAK merupakan forum pengambilan keputusan tertinggi di tingkat komisariat dan memiliki agenda suksesi kepemimpinan. Acara ini dibuka dan ditutup oleh Pandu Septa Nugraha selaku Ketua Umum Terpilih/Formateur HMI Cabang Bulaksumur Sleman.

RAK ke-XVII yang merupakan forum tahunan  diawali dengan pembahasan tata tertib persidangan dengan presidium sidang sementara yaitu Muhammad Irfan, Ahmad Sidiq Wiratama dan Syahri Ramadhan Siregar. Kemudian terpilih presidium sidang tetap yaitu Resti Dwi Mulyani, Tohir Mustofa dan Amirul Yaqin Falsafiya Hill yang mendapat mandat dari peserta sidang  untuk memimpin sidang dari Pleno I hingga Pleno IV.

Suasana sidang berlangsung lancar dan dinamis, hal itu nampak dari antusiasme yang tinggi dari para peserta sidang. Pada RAK ke-XVII ini akhirnya terpilih Nikmaturrahman Chaniago sebagai Formateur  dan Syahri Ramadhan Siregar juga Dian Rizki Pratama sebagai Mide Formateur. RAK ke XVII ini berakhir pada pukul 21.00 WIB. 

Thursday, May 16, 2013

Surat Cinta Untuk Rasul

Oleh : Zidna Amalina Mufida *)
Teruntuk kau, wahai sang pemilik ruang rinduku...
Aku tak tau harus menuangkan seluruh resahku ini kepada siapa. Jika ku tuliskan di atas hamparan pasir putih yang luas, maka hanya akan menjadi sebuah tulisan tak bertuan. Jika kutuliskan di atas samudra yang membentang, maka hanya akan menjadi bagian dari deburan ombak yang kemudian membaur bersama kristal-kristal bening di dasar lautan. Maka aku tuliskan seluruh resahku di atas kertas putih ini, yang akan menampung segala gundah gulana yang sedang merajai seluruh fikirku.

Secercah rasa yang meresahkanku ini bernama rindu. Segenggam rasa yang menggerogoti seluruhku ini bernama cinta. Aku hanya mampu berucap lirih tanpa mampu mengartikannya. Memaksa anganku untuk terus melaju pada suatu waktu dimana aku dapat mewujudkan
mimpiku, mimpi untuk berada dalam ruang dan waktu yang tak terpisahkan olehmu, wahai sang pembawa risalah Tuhanku.

Rinduku membuncah, tak sudi membiarkan siapapun yang hendak memaksa menjadi spasi di antara imajiku. Takkan lengah  membiarkan siapapun  mencari celah dalam lelahku, karena hanya kau yang berhak menjadi raja dalam ruang  rinduku. Dan rindu ini semakin menggebu untuk segera dijamu dengan sinar syahdumu. Cintaku menggelora, membiarkanku hanyut dalam rasa yang terdalam kepada sang nabi akhir zaman.

Wahai kau, Rasulku...
Aku ingin menemuimu.
Menatap wajah rupawanmu dengan kedua bola mataku.
Merasakan sinarmu menerangi sekelilingku.
Menyaksikanmu tersenyum indah, yang kemudian mampu membuat rona wajahku memerah.
Wahai kau, Rasulku...
Aku hanya ingin kau tau, bahwa kaulah pemenang yang mampu memenangiku.
Penguasa hatiku yang mampu membuatku tak berpaling sedikitpun kepada jiwa-jiwa yang meronta memanggil namaku.
Hanya kaulah satu-satunya yang sedang dan hanya ingin aku temui.
Hanya kaulah pemilik seluruh ruang rinduku.

Ku titipkan rindu pada tiap doa yang mengiringi sujud panjangku. Rindu kepadamu wahai Rasulku, sang pemilik ruang rinduku. Ku lantunkan ayat demi ayat Al-Quran dengan syahdu, yang semakin membuatku merindu terhadapmu, wahai sang penerima wahyu.
Kau tuntun umatmu dalam mangarungi samudra kehidupan, membawa kami menemukan jalan yang lurus dalam ridho-Nya, tanpa membiarkan kami tersesat dalam petangnya zaman yang tak terentahkan. Menunaikan tugasmu sebagai nabi akhir zaman dengan perjuanganmu yang tentu tidaklah mudah.

Kepadamu sang pembawa risalah Tuhan...
Kau iringi langkah kaki kami menuju jalan-Nya yang hakiki. Meringankan beban berat kami yang siap dihadang oleh kerikil-kerikil tajam yang siap mengancam kejam. Kau sampaikan firman Tuhan dengan tutur dan lakumu yang menawan.

Kepadamu wahai Nabi akhir zaman...
Terselip doa untuk aku, dia, mereka, dan kami (umatmu) mampu menjadi sebaik-baik umat untukmu. Umat yang mampu menjadikanmu suri tauladan yang benar. Umat yang mampu mencontoh seluruhmu. Menjadikanmu penerang hingga akhir hayatku.


Kepadamu sang pemberi wahyu...
Izinkan aku memberikan separuh jiwaku untuk mencintaimu dengan caraku. Memberikan cinta tak terperi untuk seorang hamba Alloh yang agung. Menempatkanmu dalam tempat terindah yang berada dalam relung jiwaku.


Wahai Kau, Muhammadku...
             Tiada lagi yang sanggup aku tuliskan
Selain rindu yang semakin menggebu
Cinta yang membara
Dan hati yang tak terperi
Untuk kuberikan kepadamu sang penerang hatiku
Cinta dan rindu ini takkan pernah ada yang mampu mengerti
Selain aku.. sang pemilik hatiku

             Wahai kau, Muhammadku...
 Aku adalah aku
Yang akan selalu mengadu kepada Tuhanku
Tentang cintaku yang menggebu kepadamu
Tanpa pernah berhenti mencintai dan mencintai
Kepada sang nabi yang sangat ku cintai     


Aku yang berlumur dosa ini mengerti dengan pasti bahwa hati ini tak pantas mencintai seorang nabi, namun jiwa ini terus meronta atas nama cinta dan rindu yang menggebu...
teruntuk kau, Muhammadku...
teruntuk kau, Rasulku....
teruntuk kau, Sang Penerang hatiku...
teruntuk kau, Sang pemilik ruang rinduku...
  
Yogyakarta, 10 April 2013

*) Mahasiswi Sastra Asia Barat FIB UGM 2011

Tuesday, April 9, 2013

Terompet Tahun Baru


Cerpen: Dian Marfuah*)

Aku tertegun melihat hilir mudik orang dan lalu lalang kendaraan di jalan. Semrawut dan tidak beraturan sama sekali. Sementara langit Jogja sedari siang tadi muram dengan mendung putihnya yang tiada berganti. Ya, Jogja diguyur hujan sejak siang dan sampai sore ini pun belum reda juga.
sumber : www.santabanta.com
Aku berteduh disela-sela emperan toko yang sudah tutup, melindungi diriku dari guyuran air deras serta melindungi sisa daganganku yang harus habis untuk bekal makanku dan adik-adikku. Sedari tadi aku menawarkan koran kepada orang-orang yang berhenti di lampu merah ini, tapi mereka memilih untuk membeli terompet atau mercon dan kembang api untuk tahun barunan. Aku hanya menelan ludah saat kertas berisi informasi-informasi ini tak dilirik oleh mereka.
Mereka lebih memilih terompet dan kembang api itu sebagai bebunyian untuk merayakan pergantian tahun sehari lagi. Ketimbang melarisi daganganku yang sedari tadi masih menumpuk ditengah guyuran hujan seperti ini. Sekali lagi aku kalah dengan terompet tahun baru, sekalipun kukumpulkan seluruh tenagaku untuk menghabiskan sisa koran ini. Ah, tapi sia-sia belaka. Aku hanya akan semakin tersingkir dan belum lagi untuk setoran esok pagi aku harus mengeles apalagi kepada pak tua agen koran bosku itu.
Aku memutuskan untuk kembali ke rumah, meski sebetulnya bangunan itu tidak bisa kusebut rumah. Rumah itu hanya pemberian seseorang yang sangat berjasa kepadaku, pemilik rumah singgah. Rumah itu diberikan kepada kami anak-anak jalanan yang berusaha mencari penghasilan di lampu merah. Di rumah singgah itulah aku tinggal bersama kedua adik kandungku dan kawan-kawan sesama pengasong dan anak jalanan.
Risa adikku terlihat kuyu karena sejak tadi pagi kutinggal kerja ia belum makan, sementara si Dimas tertidur dengan pulasnya sembari mendekap mainan-mainan kertas buatanku. Tampaknya saking laparnya ia sampai ketiduran.
“Kamu lapar?” tanyaku, kudekati adik kecilku yang wajahnya kelaparan itu.
Ia hanya mengangguk dan menatapku dengan pertanda ingin cepat mengisi perutnya yang kosong sedari pagi itu.
“Tunggu sebentar ya, kakak beli makan. Dimas dibangunin jangan lupa.” Aku berpesan kepada adikku itu, lalu beranjak keluar mencari makanan.
Keadaan di luar masih sama, hujan semakin deras saja. Sementara jalanan

Tuesday, March 5, 2013

Prokrastinasi; Perilaku Prokrastinator Diambang Deadline

Oleh : Adrian Raditya *)

© Istimewa
Seringkali dalam dunia mahasiswa, kita menunda-nunda pekerjaan, berleha-leha , bersantai-santai sampai akhirnya terasa waktu mulai menyayat perlahan hingga menjerat kita dalam kondisi yang benar-benar “di garis batas kematian” (deadline). Hal tersebut menyebabkan kita tidak dapat berpikir secara jernih, bukannya melakukan yang terbaik untuk mengerjakan tugas, malah berpikir untuk mencari jalan pintas untuk mengerjakan seadanya hingga mencari alasan untuk menghindari tanggung jawab kita terhadap tugas tersebut, malingering (pura-pura yang bertujuan mendapatkan hasil yang jelas, menghindari pekerjaan). Tekanan pada garis kematian (deadline) ini menimbulkan kecemasan tidak dapat menyelesaikan tugasnya,  menambah beban pikiran, stres. Mencari jalan pintas hingga berpura-pura mencari alasan. Bahkan ada orang, sebut saja Aceng Fikri, dengan keluhan fisik berulang, namun dokter tidak dapat mendiagnosa penyakitnya bahkan mengobatinya, akibat stres dan tujuan penghindaran kegagalan, mencari simpati, disebut hipochondriasis yang merupakan salah satu gangguan somatoform. Apakah kita termasuk orang seperti itu?Dalam psikologi, istilah penundaan pekerjaan tersebut disebut prokrastinasi, berarti tindakan mengganti tugas berkepentingan tinggi dengan tugas berkepentingan rendah, sehingga tugas penting pun tertunda. Psikolog sering menyebut perilaku ini sebagai mekanisme untuk mencakup kecemasan yang berhubungan dengan memulai atau menyelesaikan tugas atau keputusan apapun. Schraw, Pinard, Wadkins, dan Olafson menetapkan tiga kriteria agar suatu perilaku dapat dikelompokkan sebagai prokrastinasi: harus kontraproduktif, kurang perlu, dan menunda-nunda.

Prokrastinasi dapat mengakibatkan stres, rasa bersalah dan krisis, kehilangan produktivitas pribadi, juga penolakan sosial untuk tidak memenuhi tanggung jawab atau komitmen. Perasaan ini jika digabung dapat mendorong prokrastinasi berlebihan. Meski dianggap normal bagi manusia sampai batas tertentu, hal ini dapat menjadi masalah jika melewati ambang batas normal. Prokrastinasi kronis bisa jadi tanda-tanda gangguan psikologis terpendam.
Padahal dalam hadist Riwayat Bukhori Dari Ibnu Umar radhiallahuanhuma berkata : Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam memegang pundak kedua pundak saya seraya bersabda : Jadilah engkau di dunia seakan-akan orang asing atau pengembara “, Ibnu Umar berkata : Jika kamu berada di sore hari jangan tunggu pagi hari, dan jika kamu berada di pagi hari jangan tunggu sore hari, gunakanlah kesehatanmu untuk (persiapan saat) sakitmu dan kehidupanmu untuk kematianmu “
Pelajaran :1.     Bersegera mengerjakan pekerjaan baik dan memperbanyak ketaatan, tidak lalai dan menunda-nunda karena dia tidak tahu kapan datang ajalnya.2.     Menggunakan berbagai kesempatan dan momentum sebelum hilangnya berlalu.3.     Pekerjaan dunia dituntut untuk menjaga jiwa dan mendatangkan manfaat, seorang muslim hendaknya menggunakan semua itu untuk tujuan akhirat.4.     Bersungguh-sungguh menjaga waktu dan mempersiapkan diri untuk kematian dan bersegera bertaubat dan beramal shaleh. “Peliharalah waktu. Waktu laksana sebilah pedang. Jika Engkau tidak menebaskannya, ia yang akan menebasmu. Sejatinya, segala cita dapat digapai dengan memanfaatkan waktu sebaik mungkin.”Manakala kita melewatkan waktu, membiarkan waktu berlalu tanpa berarti itu berarti kesia-siaan. Manfaatkanlah waktu yang telah diberikan Allah sebaik mungkin, syukuri dengan beramal, syukuri dengan melakukan pekerjaan dunia, dan akhirat serta tidak menyia-nyiakannya. Siapa yang tahu ajal kapan menjemput, siapa yang mengetahui kapan datangnya waktu kita, sedangkan kita membuang waktu. Jangan sampai kita menyesal, kawan. Mengapa ini perlu diwaspadai?Karena, Hukum Inersia (hukum newton 1) berlaku juga bagi psikologis dan perilaku manusia.Yang berbunyi : “Setiap benda akan selalu mempertahankan kedudukannya yang disebut sifat lembam benda, yaitu keadaan tetap diam atau tetap bergerak beraturan. Setiap benda akan tetap bergerak lurus beraturan atau tetap dalam keadaan diam jika tidak ada resultan”.

Semakin kita diam, menunda, kita akan larut dalam keadaan seperti itu, atau terus bergerak, bekerja, beramal, berkelanjutan, produktif. Tanpa ada dorongan, dari diri kita sendiri, kita akan tetap diam dan menunda. Jadi mulailah bergerak bekerja progresif, sekarang!

*) Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Psikologi UGM 2009, Tulisan ini disampaikan sebagai pengantar dalam Diskusi Mingguan HMI Ilmu Budaya UGM

Monday, March 4, 2013

Sepakbola : Antara Olah Raga, Agama, Industri, dan Pertarungan Ideologi Politik

Oleh: M. Yasif Femi Mifthah*)
(Ketua Umum HMI Ilmu Budaya UGM 2010-2011)

Pendahuluan
Sepakbola adalah olahraga paling masyhur dan populer sejagad. Olah raga ini mempunyai penggemar paling banyak dibandingkan dengan olah raga lain. Para penggemarnya terdiri dari berbagai kalangan dan kelas sosial, dari anak-anak hingga orang dewasa, dari kelas buruh hingga bangsawan, dari rakyat jelata hingga presiden. Dulu sepak bola selalu melekat dengan predikat sebagai olah raga para kaum Adam, tapi dengan perkembangan zaman, olahraga ini juga populer dikalangan kaum Hawa. Ini terbukti dengan banyaknya anak-anak dan perempuan yang datang ke stadion-stadion untuk menyaksikan langsung pertandingan seapakbola. Bahkan pertandingan resmi sepakbola wanita juga telah terselenggarakan.
Sifat dasar permainan sepakbola yang yang guyub, penuh keceriaan dalam permainan, sangat cocok dengan sifat dasar alamiah manusia yang gemar bermain, sehingga membuat olahraga ini dimainkan disudut jagad raya. Semua orang dapat memainkan olahraga ini karena tidak membutuhkan banyak atribut dan peralatan, cukup dengan bola, semua orang dapat memainkannya, bahkan di kota-kota besar yang minim lahan atau arena lapangan olahraga, sepakbola tetap bisa dimainkan di pinggir-pinggir jalan dan disudut-sudut gang sempit.
Setiap ada event akbar penyelenggaraan pertandingan sepak bola seperti Piala dunia, Piala Eropa, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol dan Liga Champion Eropa, Euforia pertandingan selalu terasa ke seluruh saentro jagad raya. Para penggemar dan maniak sepak bola rela meluangkan waktunya demi menyaksikan dan mendukung tim favoritnya baik melalui siaran Televisi maupun dengan menyaksikan langsung di stadion. Di Indonesia sendiri, terutama di kota-kota besar, Cafe-cafe yang mengadakan acara “nonton bareng” ramai oleh kalangan muda-mudi yang ingin menyaksikan pertandingan tim kesayangannya. Di kampung-kampung terpencil pun fenomena-fenomena serupa juga terasa, para penduknya melakukan “nonton bareng” di warung-warung kopi dan di balai-balai desa. Tak jarang kita mendengar berita, baik di media cetak maupun elektronik bentrokan antar supporter atau pendukung tim sepakbola pasca pertandingan karena tidak terima dan kecewa karena kekalahan tim kesayangannya. Hujatan dan umpatan dari para supporter harus diterima oleh para pemain dan pelatih apabila timnya tidak mampu menang. Di sepak bola, pelatih sebagai orang yang paling bertanggung jawab terhadap prestasi sebuah tim sepakbola, harus rela mundur atau dipecat dari kursi kepelatihannya sebagai konsekuensi dari kekalahan yang diderita sebuah timnya.
Mengutip tulisan Azyumardi Azra di harian Republika (18 Juni 2011) “ Terdapat lima hal pokok yang membuat sepak bola dapat disebut sebagai Civil Religion (Agama Sipil) bila dipadukan dengan kerangka teori Robert N Bellah. Pertama, adanya pemujaan yang berbau sakral, legenda, mitos dan bahkan takhayyul terhadap kesebelasan, pemain, pelatih, dan bahkan simbol-simbol tim tertentu. Kedua, adanya berbagai ketentuan yang telah mengalami “sakralisasi” sehingga tidak lagi bisa dipersoalkan. Ketiga, adanya lembaga dan orang-orang yang menjadi “the guardian of the faith”- penjaga keimanan- sejak dari FIFA, asosiasi atau federasi sepak bola negara sampai kepada wasit dan hakim garis yang tidak pernah bisa disalahkan dan seolah harus dipandang “ma’shum”(bebas dari dosa), meski jelas-jelas mereka keliru dalam mengambil keputusan. Keempat, adanya fanatisme buta, yang menyebabkan terjadinya kekerasan atas nama sepak bola, seperti terlihat dalam “hooliganisme”. Kelima, adanya sumpah dan janji setia pada tim sepak bola tertentu, lengkap dengan “lagu suci” semacam “We are the champion”
Begitulah fenomena sepakbola sebagai olahraga mampu menyihir penduduk dunia dan bisa dikatakan telah menjadi agama kedua penduduk dunia. Dalam sejarah dan perkembangannya sepakbola tidak hanya sekedar sebagai olahraga, tapi juga sebagai alat perjuangan dan pertarungan ideologi politik. Di zaman kapitalisme modern ini, sepakbola tidak lepas dari cengkarman hebat kapitalisme, sepakbola telah menjadi alat umtuk meraih gelontoran uang dan sapi perah para pengusaha dan pemilik modal dunia.

Sejarah Pertarungan dan rivalitas tim-tim besar dalam Sepakbola Eropa
Di dalam tim-tim sepakbola Eropa, kita sudah sering mendengarkan persaingan panas dan rivalitas antara satu tim dengan tim yang lainnya. Masing-masing tim tersebut memiliki basis massa pendukung fanatik. Sebut saja Supporter tim nasional Inggris yang terkenal dengan sebutan Hooligan, bahkan karena populernya kelompok supporter ini, setiap ada kekerasan atau bentrok antar pendukung tim sepakbola selalu diberi istilah dengan Hooliganisme. Kita sudah tidak asing lagi dengan negara-negara yang mempunyai tradisi hebat dalam sepakbola Eropa seperti Inggris, Jerman, Spanyol, Belanda, Prancis, Italia dan Portugal. Negara-negara tersebut mempunyai kompetisi Liga sepak bola domestik yang berada dalam peringkat teratas versi badan sepak bola dunia FIFA. Pertarungan antar pendukung tim sepak bola di Eropa tidak hanya sekedar pertarungan biasa, tapi pertarungan tersebut dilatarbelakangi oleh sejarah konflik masa lalu, baik konflik agama, ideologi, ekonomi, maupun konflik antar kelas. Di Inggris, rivalitas antara klub sepak bola Manchaster United dan Liverpool telah melegenda, aroma pertemuan kedua club bertajuk North West Derby selalu diwarnai aroma persaingan yang sangat keras, kedua pendukung tim sama-sama menganggap klub kesayangannya sebagai The King Of England. Liverpool mewakili tradisi kejayaan sepak bola Inggris, tim ini merajai inggris dan Eropa dalam kurun tahun 1970-1990. Kejayaan Liverpool mulai memudar dengan munculnya dominasi Manchester United yang merajai sepak bola Inggris mulai 1990-2011. Raihan gelar juara Liverpool di liga domestik sudah terlewati oleh Manchester United, bahkan kini gelar The King Of England telah digenggam oleh Manchester United. Pada masa-masa awalnya, rivalitas kedua club bermula dari persaingan kedua kota pada dalam bidang ekonomi era Revolusi Industri. Liverpool pada awal abad ke-19 dan 20 adalah pelabuhan penting di Inggris yang menjadi pusat perdagangan dan perbudakan. Manchester lebih sebagai kota Industri tekstil. Namun pembangunan kanal Manchester pada 1894 membuat kota tersebut mendapat akses ke laut sehinngga dapat mengimpor barang-barang tanpa melewati Liverpool. Faktor ini menjadi kebangkitan Manchester sebagai kekuatan ekonomi di North West, menyaingi Liverpool ( Bola:13-14 Oktober 2011).
Di spanyol rivalitas antara Real Madrid dan Bercelona juga merupakan sebuah legenda, tiap laga antara kedua club selalu di tonton oleh juataan pasangan mata diseluruh dunia. Pertemuan kedua club bertajuk El Classico ini selalu menjadi perhatian media-media Internasional. Aroma persaingan panas antara kedua pendukung fanatik klub ini juga tidak terlepas dari faktor perseteruan masa lalu kedua kubu. Barcelona yang berasal dari Catalunya yang pernah menjadi pusat kerajaan Aragon merupakan propinsi yang ingin memisahkan diri dari Spanyol, penduduk Catalunya tidak pernah merasa sebagai warga Spanyol. Pemerintahan Jenderal Franco dan pendukungnya yang berasal dari sayap kanan selalu menekan dan mengintimadasi penduduk Catalunya. Real Madrid sebagai klub ibukota dianggap sebagai anak kandung penguasa Spanyol dan mewakili suara penguasa saat itu. Ketika pertandingan kedua klub berlangsung, gemuruh suara pendukung Barcelona yang merupakan penduduk Catalunya bergema dengan teriakan anti Franco, karena ketika itulah satu-satunya moment dimana penduduk Catalunya menyuarakan aspirasinya ( Bolavaganza: No.117, Juli 2011).
Di Skotlandia persaingan pendukung dua tim, yaitu Glasgow Rangers dan Celtic lebih bersifat Sekterian tak kalah panas. Glasgow Rangers merepresentasikan agama Protestan dan Celtic representasi dari Katolik. Di Italia perseteruan antara kaum borjuis dan buruh juga ikut merembet ke sepakbola. klub sekota AS Roma dan Lazio selalu menampakkan aroma persaingan antara kedua kubu, kelas Borjuis merupakan pendukung Lazio dan Kelas Proletar merupakan pendukung AS Roma.

Politik dan Sepak Bola
Politik dan sepak bola adalah dua hal yang tak terpisahkan, namun banyak orang yang tidak mengetahui bahwa sepak bola menjadi alat elit-elit politik untuk mempertahankan oligarki kekuasaannya. Di Italia kekuatan politik mempunyai hubungan yang sangat erat dengan sepak bola. Di Italia ada ungkapan menarik yang menyebutkan bahwa, “Bila anda seorang politisi penting, ada peluang bahwa anda juga memiliki klub sepak bola. Anda mungkin juga berada di parlemen”. Kalimat-kalimat tersebut menggambarkan bagaimana para presiden klub sepak bola akan mudah mendapatkan kursi di parlemen Italia. Pemimpin fasis Italia II Duce Benitto Mussolini termasuk politisi yang memahami implikasi politik dari olahraga, Ia memanfaatkan sepak bola sebagai propaganda politik fasisme di Italia sebelum perang dunia II. (Bolavaganza: No.117, Juli 2011)
Perdana Menteri Italia yang juga merupakan presiden klub sepak bola AC Milan Silvio Berlusconi berhasil meraih kekuasaan politik sebagai Perdana Menteri Italia berkat kontribusinya yang besar pada AC Milan. Berlusconi secara terbuka mencampur adukkan sepak bola dan politik, ia memberi nama partai politiknya dengan Forza Italia, sebuah yel-yel yang sering diteriakkan oleh pendukung sepak bola dari tribun penonton yang berarti ‘Go Itali’ atau ‘Ayo Itali’ (Bolavaganza: No.117, Juli 2011).
Mantan pemimpin Libya Muammar Qaddafi sangat memahami kaitan antara politik dan sepak bola. Kekuatan uang Qaddafi yang berasal hasil dari gas alam dan minyak membuat Qaddafi kuat dan berkuasa. Dengan kekuatan uangnya, Qaddafi menjajah ekonomi Italia, salah satu negara G-8 dan Uni Eropa. Ia membeli saham perusahaan minyak Italia Eni S.p.A yang merupakan perusahaan terbesar di Italia. Selain itu Qaddafi juga mempunyai saham di Finmeccanica perusahaan terbesar kedua di Italia dalam bidang industri mesin, teknologi dan pesawat. Kedua perusahaan tersebut dikontrol langsung oleh LIA (Libyan Investmen Authority) yang diketuai secara bersama oleh Saif Al-Islam, Mu’tassim Billah dan Hannibal, tiga dari tujuh anak lelaki Qaddafi. Di sepak bola, sebelum tumbang dari kekuasaannya, Qaddafi pernah mengibarkan namanya di Italia, negara pemilik kompetisi sepak bola papan atas dunia. Ia dan keluarganya memiliki 7,5% saham di klub Juventus. Qaddafi sengaja ingin menancapkan kukunya di Italia, karena ia paham kultur Italia. Italia adalah negara yang pernah menjajah Libya sejak 1911 hingga 1940. Ia sangat mengidolakan pejuang Libya yang bernama Omar Mukhtar yang motor penggerak perjuangan Libya melawan penjajahan Italia dalam kurun 1912-1927. Qaddafi sangat memahami siapa Idris Al-Mahdi As-Sanusi, orang yang mempunyai andil dalam pembunuhan jutaan etnis Badui setelah diangkat oleh Italia sebagai Raja Idris I. Raja Idris II dan keturunannya ia tumbangkan dalam kudeta militer tak berdarah. Jadi bukan kebetulan jika Qaddafi memang sengaja ingin mencengkram ekonomi Italia (Bolavaganza: No.114, April 2011).
Pada November 2009 Aljazair dan Mesir hampir berperang karena pertandingan kualifikasi Worl Cup. Para pemimpin tertinggi badan sepak bola dunia hanya bisa diam tanpa melakukan tindakan apapun, disaat itulah Qaddafi tampil sebagai mediator untuk menengahi perselisihan kedua negara. Citra Qaddafi sebagai Raja diraja Afrika melambung tinggi, Qaddafi mengakui bahwa sepak bola adalah ajang politik (Bolavaganza: No.114, April 2011).
Kanselir Jerman sejak 2005 Angela Dorothea Merkel adalah symbol “kickerfieber” (demam bola) nomor satu di Jerman. Angela Merkel bersama para pemimpin Eropa lainnya seperti David Cameroon, Nicholas Sarkozy selalu tamapk di stadion ketika pertandingan tim nasional negaranya tengah bertanding di piala dunia 2010 di Afrika Selatan. Bahkan Angela Merkel tak segan-segan untuk menyelonong masuk ke ruang ganti pemain yang dipenuhi oleh para lelaki yang sedang bertelanjang dada demi memotivasi semangan pemain. Bagi mereka sepak bola juga merupakan simbol kekuatan sebuah negara (Bolavaganza: No.115, Mei 2011).
Di Indonesia sendiri Presiden Soekarno sangat sadar bahwa prestasi olah raga sangat penting demi menjaga nama besar negara, melalui politik mercusuarnya, Soekarno mendirikan stadion sepak bola termegah dizaman tersebut, stadion tersebut kita kenal dengan nama Stadion Gelora Bung Karno.
Setali tiga uang dengan para pemimpin dunia yang lain, kita bisa melihat bagaimana Idi Amin memerintahkan pelepasan dua orang tahanan politik untuk satu laga penting demi membela Tim Nasional Uganda. Pangeran Kuwait Sheikh Fahd Al-Ahmad Al-Jaber Al-Sabah memerintahkan Tim Nasional Kuwait untuk walk out dari lapangan hijau sebagi bagian dari protes akibat merasa dicurangi wasit dalam pertandingan piala dunia 1982 melawan Prancis (Bolavaganza: No.115, Mei 2011).
Namun sepak bola tidak selalu mengenai hal-hal yang berbau rivalitas, di Pantai Gading, sepak bola telah menjadi obat pemersatu antara kelompok yang berkonflik. Konflik politik terjadi anatara penduduk wilayah selatan yang menganggap dirinya sebagai pribumi dan penduduk pendatang yang mendiami wilayah utara. Mayoritas pemain Tim Nasional Pantai Gading yang terdiri dari dari orang utara, namun mereka dapat bersatu dengan pemain dari selatatan demi Tim Nasional. Pada tahun 2005 Para pemain Pantai Gading tidak segan-segan turun ke jalan dan melakukan orasi politik demi menyatukan dua kelompok yang bertikai (Bolavaganza: No 118, Agustus 2011). Namun sayang, lima tahun setelah itu Pantai Gading kembali bergejolak, setelah komisi pemilu Pantai Gading memutuskan Allasane Outtara sebagai pemenang, dan penguasa lama Laurent Gbagbo menolak keputusan tersebut. Masing-masing pendukung kedua kubu kembali berperang.

Sepak Bola sebagai Industri
Teori Fukuyama tentang teori akhir sejarah yang mengatakan bahwa pertarungan ideologi telah usai dengan demokrasi liberal sebagai pemenangnya. Kemenangan demokrasi juga turut berimplikasi dengan berjayanya kapitalisme. Kapitalisme telah masuk ke berbagai dimensi di kehidupan manusia, termasuk dalam sepak bola. Sepak bola mempunyai penggemar yang banyak dan tersebar ke seluruh penjuru dunia. Klub-klub sepak bola Eropa, sebut saja Real Madrid, Barcelona, Manchester United, Chelsea, Liverpool, Arsenal, AC Milan, Inter Milan yang mempunyai basis pendukung di berbagai penjuru dunia adalah contoh klub-klub sepak bola yang meraup keuntungan dari banyaknya fans. Klub-klub sepak bola di Eropa telah menjadi industri yang menghasilkan pemasukakan uang berjuta-juta hingga miliaran dollar. Pemasukan-pemasukan tersebut didapat dari hasil penjualan tiket, sponsor, penjualan hak siar Televisi hingga hasil dari dari penjaualan cendra mata dan merchendaise klub.
Di Inggris, negara tempat lahirnya sepak bola, olahraga tak luput dari jeratan kapitalisme. Klub-klub sepak bola Inggris melebarkan sayap bisnisnya ke berbagai benua. Benua Asia merupakan sasaran yang paling banyak dituju, ini disebabkan karena benua Asia mempunyai penduduk terpadat di dunia, selain itu pertumbuhan ekonomi negara-negara Asia juga sangat maju. Menurut harian Independendent Inggris yang di kutip oleh Majalah Bolavaganza (No.118, Agustus 2011) bahwa badan Liga Primer Inggris mengumumkan pendapatan mereka lewat penjaualan hak siar televisi dalam kurun 2007 hingga 2010 mencapai 627 juat Pound atau sekitar Rp 8,6 Triliun dan diperkirakan ada 201 negara di dunia yang menayangkan secara langsung pertandinagn liga Inggris. Dalam sepakbola modern klub-klub sepak bola mempunyai tiga tujuan utama, yaitu: juara, kemuliaan dan uang atau goal, glory, gold. Industri sepak bola merupakan bisnis yang sangat menggiurkan, hal ini membuat para konglomerat-konglomerat kaya menginvestasikan uangnya dengan membeli saham-saham di klub-klub besar Eropa. Roman Abramovich si raja minyak dari Rusia mengakusisi klub sepakbola Inggris Chelsea F C pada tahun 2004 dengan gelontoran uang ratusan juat poundsterling. Pada tahun 2005. Pengusaha keturunan Yahudi asal Amerika Serikat Malcom Glazer membeli seluruh saham Manchester United dengan harga ratusan juta pondsterling. Dan tak mau ketinggalan, pengusaha minyak asal UEA Syeikh Mansour Al-Nahyan yang merupakan keluarga penguasa Abu Dhabi membeli seluruh saham klub Manchester City.
Untuk mempertahakan status sebagai klub besar, klub-klub elit Eropa mengeluarkan uang dengan boros hingga ratusan miliar rupiah demi membeli pemain-pemain top dunia dengan gaji yang selangit. Kebiajakan klub-klub tersebut membuat klub terjerat hutang. Menurut data yang diliris oleh majalah Bolavaganza (No.119, September 2011), imbas dari krisis keuangan Eropa juga berdampak besar pada keuangan klub. Pada bulan Agustus 2011 sebelum kompetisi dimulai terjadi pemogokan pemain di Liga Italia dan Spanyol yang diakibatkan oleh pembayaran gaji yang telat. Kasus tersebut merupakan imbas krisis di benua biru yang mana Italia dan Spanyol juga merupakan negara yang termasuk dalam kategori mengkhawatirkan. Ketika sepak bola telah berubah menjadi sebuah industri untuk meraup kapital, maka krisis keuangan Eropa turut berimbas pada keuangan klub-klub sepakbola top Eropa yang juga merupakan klub-klub papan atas dunia. Uang merupakan senjata utama klub-klub tersebut untuk meraih goal and glory. Menarik untuk kita tunggu bagaimana klub-klub sepak bola papan atas Eropa dapat bertahan di tengah badai Krisis keuangan yang melanda kawasan Eropa.

Penutup
Sepak bola bukan sekedar olahraga yang dimainkan diatas lapangan oleh 22 pemain, akan tetapi sepak bola telah melahirkan dimensi-dimensi lain dalam sejarah kehidupan manusia. Bagi rakyat kecil penikmat Sepak bola, olah raga ini merupakan hiburan yang paling menarik. Bagi pendukung dan supporter fanatik tim sepak bola, permainan ini mewakili gengsi dan fanatisme sebuah kelompok. Bagi politisi, sepak bola merupakan alat propaganda untuk mencapai tujuan politik. Sedangkan bagi pemilik modal, sepak bola merupakan ladang untuk mencari keuntungan sebanyak-banyaknya. Sepak bola tidak hanya sekedar sebagai olahraga, tapi juga sebagai alat perjuangan dan pertarungan ideologi politik. Dizaman kapitalisme modern ini, sepakbola tidak lepas dari cengkarman hebat kapitalisme, sepakbola telah menjadi alat umtuk meraih gelontoran uang dan sapi perah para pengusaha dan pemilik modal dunia.
*) Tulisan ini disampaikan dalam diskusi rutin mingguan HMI Komisariat ilmu Budaya UGM pada jum’at 23 Maret 2012

Tuesday, February 5, 2013

GERAKAN FUNDAMENTALISME AGAMA: AKAR KONFLIK DUNIA YANG BERKEPANJANGAN



Oleh: M. Yasif Femi Mifthah

Pendahuluan
Salah satu fenomena paling mengejutkan di akhir abad ke-20 adalah munculnya apa yang disebutkan dengan “fundamentalisme” dalam tradisi keagamaan dunia. Fundamentalisme menjadi wacana yang belakangan memperoleh perhatian luas. Segala bentuk kekerasan atas nama agama atau kelompok akan selalu dikaitkan dengan gerakan fundamentalisme.
©Istimewa
Eksistensi fundamentalisme menguat ketika desakan modernitas dengan berbagai produknya, termasuk budaya, mengalir dengan deras. Tidak jarang cara kekerasan diabsahkan, sehingga kemudian fundamentalisme sering disejajarkan dengan terorisme. Padahal antara keduanya terdapat perbedaan yang cukup signifikan. Dalam konteks inilah, perbincanagan terhadap fundamentalisme khususnya fundamentalisme Islam kembali menguat pasca serangan 11 September 2001 di Amerika Serikat dan Bom Bali di Indonesia.
Menurut Bassam Tibi, fundamentalisme merupakan gejala ideologis yang muncul sebagai respon atas problem-problem globalisasi, fargmentasi, dan benturan peradaban. Namun dalam perkembangan selanjutnya, agitasi fundamentalisme mengakibatkan kekacauan di seluruh dunia.[i]